KALAU ada yang bilang, “Bahagia Itu Sederhana”, saya pastikan itu bohong. Bahasa Sunda-nya ‘Wadul’!
Hidup itu faktanya nggak mudah. Yang mudah itu, cuma pinjem duit ke Bank Emok. Tapi, ujungnya sih susah juga. Males bayarnya.
Sartizen-sartizen yang suka posting makanan, seperti combro, kicimpring dan lain-lain, lalu dibuat status, “Bahagia Itu Sederhana”, itu mah bukan kebahagian. Tapi kesenangan sesaat. Balik kanan, ke rumah, ya lanjut lagi stresnya.
Ayo ngaku aja. Mayaritas, hidup kita di dunia ini pasti banyak susahnya. Senangnya ya semenit, dua menit. Apalagi yang ejakulasi dini, paling 10 detik, “Wis Mas?”. “Wis.” Miris! Apes.
Lantas bagaimana cara bahagia agar, minimal, awet. Tentu harus melibatkan banyak pihak. Artinya banyak-banyak aja bikin bahagia orang. Ya setidaknya minimalisir kesusahan akut.
Tapi, lagi-lagi saya nyatakana, kehidupan itu susah dan bikin pahit. Lalu harus bagaimana? Ya terima aja. Nikmatin aja dan pasrah.
Bersahabat dengan keadaan lebih bijak, daripada kepedean bahwa Tuhan akan selalu di pihak kita. Nggak gitu konsepnya. Jalani aja apapun ceritannya. Ketika kita sudah sampai pada titik menjadi orang santai dalam situasi apapun. Ya artinya sudah mendekatilah pada kebahagiaan.
Ibon, Jurnalis