DI Bahasa Sunda mah, ada satu istilah yaitu, ripuh. Kalau di Bahasa Indonesia-nya mah mungkin istilahnya, susah. Hidup mah memang gituh, banyak susah-nya, daripada senangnya. Tapi, ya itulah hidup. Menjadi manusia memang harus menerima segala ke-susah-an yang ada. Nggak mungkin senang terus. Kita teh lagi di Dunia, bukan di Surga. Maka ber-susah-lah atau ber-ripuh-lah dengan baik dan benar.
Bahkan kita diciptakan seperti halnya bubuk ranginang (rengginang) yang berserakan ke mana-mana. Dan tentu, ripuhhh terus. Faktanya memang seperti itu, namun segalah hal apapun namanya yang berkaitan dengan ke-susah-an kalau bisa jangan ditarik ke pikiran. Toh, biasanya suatu ke-ripuh-an yang selalu berkaitan dengan masalah itu, dengan seiring waktu pasti hilang sendiri.
Kata orang hebat, kuncinya cuma satu. Yaitu selow aja. Artinya apa? Jangan dipikirin! Sebenarnya dipikirin atau enggak, suatu ke-susah-an nanti juga bakal ilang sendiri. Ya lagi-lagi kita teh manusia yang harus tanggungjawab dengan setiap apa yang kita lakukan. Sebubuk-bubuk-nya kita tetap aja, kita harus melakukan apa yang harus dilakukan agar masalahnya atau ke-ripuh-annya bisa agak sedikit netral.
Hidup ini teh. Maka, kita harus terus bergerak. Mau di depan ada gunung, lautan, bahkan debt collector yang matanya kayak mata elang tabrak aja! Sampai bubuk kita harus tetap bertahan. Bertahan sebagai manusia yang diistimewakan Tuhan. Nggak ada yang layak kita takutin selain takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Takut sama isteri boleh nggak? Boleh-boleh aja. Kali-kali.
Apalagi, misalnya kita laki-laki. Nggak usah cemen. Nikmatin aja segala proses yang kita jalankan. Dan jangan lupa selow. Saya berani bertaruh, selama kita menjadi manusia yang nggak banyak ngusik orang, kita akan baik-baik aja. Kenapa sih ripuh terus? Kebanyak atas ulah kita sendiri. Tapi, ulah orang lainnya juga banyak. Yaitulah ber-manusia. Harus siap dengan risiko yang ada. Jangan pikir hidup ini gampang. Mau gampang mah mati.
Jadi gituh aja. Sampai bubuk kita jangan pernah nyerah. Ada hujan, maupun panas nikmatin aja. Nggak usah menghindar. Keduanya akan menjadi baik-baik saja, jika kita selalu menjadi orang yang menerima dan sadar. Sadar bahwa dengan dihadapi semuanya akan tuntas.***
Ibon, Jurnalis