SAHABATKU ini sekarang tinggal di Grobogan. Dia senior saya di kampus. Dulu, sudah lama.
Namanya Andi S Wanto atau biasa disapa Andi Warobay. Mukanya dari dulu gitu-gitu aja. Cuma yang beda rambutnya. Sekarang agak rapih. Waktu kuliah, rambutnya mirip Ahmad Albar. Tapi, versi disiksa Sat Pol PP.
Puluhan tahun nggak jumpa, cuma bisa say hello ajah. Via media sosial. Infonya sekarang dia aktif di dunia pembangunan negara alias kuli bangunan. Itu pilihan. Kerjaannya mulya. Halal.
Namun, asal diketahui aja oleh seluruh rakyat Indonesia, pas masih aktif di dunia perkuliahan, beliau alias Andi Warobay pernah juara satu (1) debat parlemen se-Jawa Barat bersama kawan saya lainnya, Widdy Apriandi yang saat ini menjadi dosen dan penulis nasional. Tapi saya belum mau bahas Widdy. Lain kali aja. Sekarang Mas Andi dulu aja.
Agak heran memang. Padahal Andi ini jago dalam bidang per-hukum-an. Wajar. Memang pas kuliah dia ambil jurusan hukum di salah satu kampus di Purwakarta yang saat ini sudah bubar. Berantakan!
Ya yang saya heran, kenapa dia memilih bergulat di dunia pembangunan alias, kadang, ngangkut semen?
“Yang penting halal to. Nggak ada salah kan dengan kerjaan saya sekarang?” kata Andi saat saya tanya kenapa nggak lanjut menjadi pengacara saja padahal soal keilmuan sudah sangat mempuni.
Saya masih penasaran lalu saya tanya lagi, “Semua pekerjaan baik, tapi kenapa pilih kerjaan ini. Kenapa, misalnya nggak nyaleg, atau setidaknya menjadi komisioner panwas kecamatan contohnya?”
“Enggak-enggak. Saya pilih seperti ini aja. Hidup tenang dan bahagia. Menurut saya, jadi apapun sama. Asal punya integritas,” jawab dia lagi.
Walah keren sekali orang ini. Pertanyaan saya terakhir, “Nggak pengen mapan atau kaya raya Mas?”
“Ukurannya apa? Kalau duit memang masih kurang. Tapi yang jelas hati dan pikiran saya, saat ini makin stabil. Menurut saya kekayaan yang hakiki ya itulah. Ketenangan. Meski gembel yang penting berkualias!” paparnya.
Mantaps memang ini orang, meskipun muka pas-pasan tapi punya pikiran yang berkelas. Jarang memang saat ini orang macam dia. Langka. Seharusnya dimusiumkan. “Wedus!” sergah dia karena nggak mau disamakan dengan kuya atau kura-kura karena saya bilang baiknya dia dimuseumkan saja.
Begitulah kura-kura. Keliatannya, di dunia maya, Mas Andi ini seperti santai-santai aja. Kayak nggak punya beban atau masalah. Semoga saja. Saya doakan, semoga dia segera nikah. Nggak usah banyak menghayal. Pengen nikah segaka sama Agnes Mo tapi punya kelakuan, mandi seminggu sekali. Ya repot.
Terakhir, pesan saya, kalau sudah mulai sakit-sakitan kabarin ya. Tapi, yang jelas untuk saat ini mending sehat-sehat dulu aja. Museum belum perlu makhluk langka lagi. Cag!
Ibon, Jurnalis